Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2014

Membunuh dan Menghidupi

Mengerikan juga hidup di jaman sekarang. Kecanggihan teknologi terlihat membuat pintar masyarakat. Tetapi sekaligus menjadi alat penggerak opini masyarakat. Berbuat buruklah maka dalam sekejab kamu bisa tampil menjadi public figure di koran, majalah, televisi, internet. Lihat saja jika engkau sungguh terlihat baik maka masyarakat akan mengelu-elukanmu. Tapi jika engkau cacat di mata mereka, mampuslah hidupmu. Hidup dalam penjara kau dianiaya, di luar penjara pun tak ada bedanya. Lihatlah betapa mengerikan ketika engkau tak bisa menahan nafsumu. Nafsu apapun. Kekuasaan, birahi, apapun. Jika tampak di publik, pasti kau cela! Jika kau sudah pernah buruk, jarang sekali masyarakat bisa menerimamu lagi. Tapi aku kadang pun merasa aneh melihat masyarakat yang begitu menghakimi. Mereka seakan tak punya rasa toleransi. Apa yang akan mereka lakukan jika yang dihakimi adalah sanak saudara mereka sendiri. Tapi yang lain, jika engkau melakukan korupsi. Dan engkau membunuh banyak o...

Sebatang Rokok

Sebatang rokok melekat di bibir seorang manager kala ia duduk termenung, pandangannya kosong ke satu titik. Tiga puluh menit lalu penjual sate membuat mata sang manager memiliki titik pandang pengalih perhatiannya. Empat puluh menit setelahnya, sang penjual sate lekat dengan kepulan asap, bukan dari mana-mana tapi sebatang rokok pula. Sebatang rokok sebelum habis waktunya mendengar seseorang yang berpenghasilan besar dan seseorang yang berpenghasilan pas, sama-sama membicarakan uang. Sebatang rokok hampir padam karena seorang perempuan merenggut paksa dari mulut laki-lakinya. Lima menit yang lalu sudah ada di lantai dan hendak diinjak. Lima belas menit kemudian menembus kulit perempuan. Alhasil, laki-laki itu tidak ditambah imbuhan –nya lagi. Sebatang rokok dilinting terakhir oleh seorang Ibu. Ingat dia mengikat kepalanya, rekan-rekannya juga begitu. Sepuluh menit yang lalu ia ditelpon oleh rumah sakit. Dua puluh menit lagi ia akan membayar obat suaminya yang bernapas lewa...

Kebahagiaan (Sekolah) Dasar

Entah sudah berapa tahun lalu. Sebenarnya aku tahu pasti, hanya aku tak kukatakan. Sebelum aku merasakan masa puncakkku tercapai, maka masa paling indah dalam hidupku mungkin ketika aku SD. Aku sungguh tak memikirkan apa-apa mengenai perasaan orang lain. Aku sungguh tak memikirkan resiko ketika aku menantang orang berkelahi. Karena saat aku melakukannya akibatnya tinggal kutanggung begitu saja. Orang tersakiti karena perkataanku. Dan aku menanggung malu karena tantangan berkelahiku ternyata hanya mimpi di mulutku. Tetapi aku sungguh senang di masa ini. Aku tak peduli barang sedikitpun tentang jeleknya bentukku. Bermain dan bermain. Kuingat di kelas 4 SD, ruang kami bersebelahan dengan ruang kelas SMA kelas 3. Sekolah kami begitu heterogen saat itu sehingga kelas bisa pindah ke sana kemari tergantung ketesediaan. Dan kami berbaur dengan anak SMP, SMA, STM, dan tidak lupa anak TK.  Bangganya aku sebagai anak SD, setidaknya kami masih memiliki satu tingkatan di bawah ka...