Meninggalkan dengan ditinggalkan memang memberi nuansa yang berbeda. Hal ini sempat aku renungkan ketika ibuku meninggalku untuk kembali pulang ke Semarang. Sangat berbeda rasanya jika aku pulang ke Semarang dan kembali ke Jakarta meninggalkan orang tuaku untuk meneruskan perantauan. Tangisku tak henti-henti hari Minggu itu. Senin ketika aku harus kembali bekerja pun, aku masih menyempatkan untuk menangis karena mengingat-ingat sudut-sudut rumah kontrakanku di mana ibuku sering berada. Ibuku yang sedang mencuci, memasak, melipat pakaian, dan sebagainya. Aku masih ingat betul kami tidur bertiga: ibuku, aku, dan suamiku. Lucu kadang membayangkannya tetapi momen seperti ini yang membuatku terharu dan selalu rindu pada ibu. Flek Ketiga Hari pertama aku bekerja setelah flek kedua masih terasa berat. Tetapi kedua aku telah merasa lebih semangat. Meskipun masih mual muntah dan berbagai keluhan-keluhan yang aku ungkapkan sebelumnya, tetapi aku relatif bisa menahannya. Aku sempat optimis di ...
personal reflections and weird stuff