Skip to main content

Posts

First, trust God, the rest is do your best.

Di saat kita putus asa, kita baru lari ke Tuhan dan berusaha mengandalkan Tuhan. Padahal, seharusnya Tuhan diandalkan sejak awal, bukan di saat-saat kita sudah putus asa. Kita sering dengar kutipan, "Do your best, let God do the rest." Aku ingin membalik sedikit, "Trust in God in the first place, the rest is do your best." Jangan mencari-cari Tuhan dan mengandalkan Tuhan di saat-saat akhir, carilah DIA sejak awal dan andalkanlah DIA terus sampai akhir.
Recent posts

Tentang Kehendak

 ✍🏻 Untuk bisa belajar hidup dengan damai, bebas dari kecemasan berlebihan, kepanikan, kemarahan, kekecewaan, kesedihan yang tidak terkendali, kita bisa mulai dengan memahami dan menyadari kehendak. ✍🏻 Salib ✝️ bisa menjadi analogi kehendak. Pada bagian tegak/vertikal, ada hubungan antara kehendak ALLAH dan kehendak manusia. Pada bagian mendatar/horizontal, ada kehendak manusia bersejajar dengan kehendak manusia lain. ✍🏻 Kehendak ALLAH, GUSTI, YANG MAHA, adalah hak mutlak ALLAH. Rezeki, pekerjaan, dan keturunan misalnya. Manusia hanya bisa berusaha dan menerima kehendak ALLAH apa pun itu, di beberapa kesempatan boleh berbahagia manakala kehendaknya sesuai dengan kehendak ALLAH. ✍🏻 Manusia hidup berdampingan dengan kehendak manusia lain. Kita memiliki hak sendiri yang boleh kita jaga dan sepatutnya menghargai kehendak manusia lain. ✍🏻 Kemelekatan manusia pada kehendaknya sendiri adalah penyebab sumber siksa batinnya sendiri karena egonya menuntut agar kehendaknya dituruti, dika...

Menjadi Pribadi yang Merdeka Secara Emosional

  Bab buku-buku dan video yang saya renungkan awal pekan ini secara serempak mengarah pada tema "mengampuni dan membebaskan diri dari ikatan emosional". Menjadi pribadi yang merdeka. Inner peace. Mungkin kebetulan, mungkin algoritma. Entahlah. Renungan ini saya bagikan karena dengan berbagi, saya menerima lebih banyak untuk pertumbuhan saya sendiri.   Kita acapkali terjebak dalam dalam ikatan syarat "jika".    Aku bahagia jika anakku bisa bermain musik.  Aku senang jika rumahku rapi dan bersih.  Aku merasa cukup jika gajiku cukup untuk mencukupi kebutuhanku.   Tanpa sadar, jika kondisi di belakang kata "jika" tidak terpenuhi, yang terjadi adalah negasi dari luapan sukacita tadi.   Suamiku tidak mendukungku, aku tidak bahagia. Anakku tidak diterima di PTN terbaik, aku kecewa berat. Dia tidak mengikuti aturan yang sudah kubuat, aku sangat kesal.   Sukacita kita terikat syarat. Ini berdampak pada inner peace kita se...

Work from Home? Why Not?

Saat ditanya, "Apa cita-citamu?" dari SD sampai saat ini, saya memiliki jawaban yang terus berubah. Ketika SD dan SMP saya bermimpi menjadi arsitek. Saat duduk di bangku SMA saya bermimpi menjadi penulis/sastrawan. Saat menjalani hidup sebagai mahasiswi, saya bermimpi menjadi dosen/antropolog. Saat sudah bekerja? Saya ingin menjadi pekerja lepas. Ya, pekerja lepas alias freelancer . Saya merasa dari waktu ke waktu impian saya terbentuk karena adanya perasaan bahwa saya memiliki bakat tertentu pada waktu itu. Misalnya sewaktu SD dan SMP, saya merasa cukup mampu menggambar lalu dengan mudahnya saya menyimpulkan bahwa cita-cita saya adalah arsitek. Saat SMA, saya yang mengambil jurusan IPA pada waktu itu, ternyata justru merasa bakat saya membuat puisi dan kemampuan bahasa lainnya. Namun dunia sekolah tetaplah dunia sekolah. Kuliah pun saya kategorikan dunia sekolah. Segala idealisme dan impian sangat mudah terucap, tetapi ternyata saya tak punya cukup determinasi un...

Kelahiran Putriku

Kata penantian memiliki beragam makna untuk setiap orang. Mereka yang pernah merasakannya akan mendefinisikannya berbeda-beda namun tetap mengacu pada suatu keadaan menunggu dan berharap . Penantian sangat lekat dengan munculnya rasa cemas, tidak sabar, dan penasaran. Dan pada akhirnya yang dinanti bisa memberi suatu kesedihan atau kebahagiaan. Aku telah memutuskan untuk kembali pulang mempersiapkan kelahiran anakku. Aku tahu betul bahwa taksiran kelahirannya masih 12 Mei, sehingga mungkin lebih banyak waktu yang 'terbuang' untuk penantian. Tiga bulan cuti melahirkan sengaja kuambil April, Mei, Juni, entah keputusanku begitu bulat dan aku selalu pasrah jika Tuhan memiliki kehendak lain. Namun rasanya rencanaku cuti ini selaras dengan kehendak-Nya. Di samping itu, demi alasan penghematan biaya serta mental yang lebih tertata, aku mantap dengan semua ini. Meski aku mantap dengan segala keputusanku namun aku juga merasakan penantian yang agak menyiksa. Harapanku anakku lahir ...